Indonesia Tak Bisa Klaim Lagu Rasa Sayange
Kamis, 04 Oktober 2007 | 23:10 WIB
TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur: Menteri Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia Datuk Seri Dr Rais Yatim mengatakan seruan para wakil rakyat Indonesia untuk menentang Malaysia memakai lagu rakyat Rasa Sayange dalam kampanye wisata Malaysia, "Truly Asia", adalah tidak realistis.
Menurut Rais, masalah itu seharusnya tak muncul sebagai lagu, seperti lagu rakyat lain semacam Jauh Di Mata, Burung Pungguk dan Terang Bulan, yang adalah lagu-lagu di nusantara yang diwarisi rakyat dari nenek moyangnya.
"Saya pikir Indonesia atau pihak lain tak dapat membuktikan siapa pengarang lagu itu," kata Rais kepada wartawan dalam acara buka puasa bersama kementerian itu di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Selasa lalu, seperti dikutip Bernama hari ini.
Sebelumnya Hakam Naja, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia dari Partai Amanat Nasional, menyerukan agar pemerintah Indonesia menuntut malaysia karena menggunakan lagu tersebut dalam kampanye wisatanya.
Priyo Budi Santoso, Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR, juga meminta pemerintah Indonesia perlu memastikan apakah Malaysia memakai lagu itu tanpa izin Indonesia atau tidak.
Orang Indonesia yakin bahwa Rasa Sayange adalah lagu rakyat Indonesia yang berasal dari Maluku dan dinyanyikan dari generasi ke generasi di sana.
Tapi, "Malaysia juga dapat mengatakan bahwa lagu-lagu yang dinyanyikan dan direkam di Indonesia itu berasal dari negeri ini (Malaysia) karena (Indonesia) tak pernah menerima pembayaran royalti," kata Rais.
Hakam juga menuduh Malaysia telah mengklaim kepemilikan kerajinan tradisional Indonesia, seperti batik dan wayang kulit.
Rais juga mengatakan wayang kulit, yang sering dipentaskan di Malaysia, tak ada urusannya dengan Indonesia karena kesenian itu berasal dari tradisi Hinduisme.
"Indonesia tak punya hak mengklaim kepemilikan wayang kulit karena dia dibawa oleh penguasa Hindu Sri Wijaya di abad ketujuh dan kesenian itu menyebar di Langkasuka (Kedah), Palembang, Batavia dan Temasik," kata Rais.
"Jika Indonesia ingin menggugat masalah ini, dia akan menghadapi jalan buntu dan akan berdampak pada hubungan Malaysia-Indonesia," kata dia.
0 komentar:
Posting Komentar